![]() |
Don't lose hope |
Terkadang berjalannya proses kehidupan
kita, tidak bisa kita atur seenak pemikiran atau jidat kita.
Terkadang terbesit, kenapa dulu – selagi
masih remaja – tidak melakukan berbagai hal yang kita fikirkan sekarang…
Sampai-sampai, terkadang menjuruskan
amarah dan ego untuk melimpahkan kesalahan kita ke orang lain.
Orang tua, saudara, sahabat, pacar,
teman atau siapapun itu.
Berbagai hal yang kita lakukan dulu,
kini kita anggap sebagai perkara buang-buang waktu…
Sembari dipenuhi rasa cemburu kenapa aku
tidak bisa seperti orang ini? Seperti Dia? Seperti orang itu? Seperti temanku.
Memberikan cap “gagal” pada diri sendiri
berstandarkan orang lain.
Menggugah rasa risau yang semua orang
Indonesia sebut “Penyesalan”.
Tetapi Aku ya Aku…
Mereka yang berprestasi mungkin memang
sudah ditakdirkan seperti itu.
Terkadang mereka yang bergelimang
prestasi bukan karena kemauannya pada awalnya,
Namun, lingkungan yang bisa membentuknya
seperti itu.
Entah itu orang tuanya, entah kawannya,
bacaannya, dan lain sebagainya…
Bukankah itu sebuah suratan takdir? Ketika "mereka-mereka" itu terbentuk menjadi "seseorang' ketika daya dan upaya masih belum ada? dengan dorongan orang lain? dengan asupan pemikiran yang bukan dari sendirinya? Butkinya, bahkan anak kecilpun banyak yang berprestasi… Dan mental kompetitif itulah yang mendarah daging sampai remaja, dewasa dan tua kelak... Bagaimana mungkin datang dari diri sendiri?
Sedangkan Aku?
Perkara yang aku banggakan-banggakan
dengan cap “keren” dahulu sekarang ya sudah menjadi “abu”
Mau diapakan lagi?
Terkadang "Aku" juga bertanya-tanya kepada "Aku",
Kenapa
“Aku” yang dulu bukanlah “Aku” yang sekarang?
Kenapa Aku tidak proaktif?
Kenapa
Aku tidak bisa berpikir seperti mereka pada masa itu?
Apakah Aku tertinggal
jauh?
Apakah Aku mampu mengejar ketertinggalan itu?
Apakah Aku mampu… bahkan
untuk membanggakan batinku sendiri yang haus ilmu dan prestasi?
Andai dulu Aku memanfaatkan waktu lebih
baik lagi, tentu Aku sudah menuai hasilnya kini…
Meskipun belum menjadi sebuah penyesalan
mutlak, semoga sebuah cerita pendek “Penyesalan” tersirat olehku ini, kelak
tidak terjadi padamu “Aku”.
No comments:
Post a Comment