Wednesday, July 17, 2019

Promosi Menggunakan Endorser Bagus Tidak?


Influencer atau Key Opinion Leader (KOL)

Begitu banyak seminar ataupun artikel klise yang menyatakan bahwa endorser penting di era digital atau menggunakan pernyataan berbagai ahli bahwa, di era disrupsi kini penting memanfaatkan Key Opinion Leaders (KOL) dengan argumen normatif marketing, karena dapat mempengaruhi khalayak (or at least followersnya) karena ada rasa dekat, seolah rekomendasi dari orang yang kita percaya atau trusted recommendation.
Ya semua pernyatan diatas memang benar, namun tidak menjelaskan secara terperinci deh kalo ikut seminar-seminar (kecuali workshop) dan nggak berasa relate kalau penjelasannya nggak depth sampai ke praktisnya.

Nah, baru saja saya mengikuti petuahnya dari mas Jaya Setiabudi, founder yukbisnis

****

Yukbisnis merupakan platform pengelolaan bisnis online yang dinahkodai oleh Mas Jaya Setiabudi yang juga bertransformasi menjadi community menjurus ke sociopreneur yang gede banget, bahkan digadang-gadang membentuk ekosistem atau sistem ekonomi para pebisnis sevisi yang bisa dibilang rising indonesian atau the now and next big thing nya Indonesia lah (dengan kampung juragannya).

****

Mas J (panggilan akrab mas Jaya Setiabudi) berargumen kalau penggunaan endorser sekarang ini yang bergantung pada platformnya untuk bagus tidaknya… sekilas di lain videonya juga menjelaskan tentang pemanfaatan platform social media lebih baik ketimbang marketplace untuk penjualan produk, kenapa? Karena di sosmed kita mendapatkan “data” dengan insightnya bahkan ketika kita memanfaatkan fitur paid promotenya, kita akan mendapatkan data yang lebih detail… yang mana cukup disayangkan tidak kita dapatkan dengan menggunakan marketplace.

Intinya, ketika instagram masih bertengger di puncak bersama platform sosmed seperti Facebook, Twitter, Youtube maka endorser masih bagus sebagai influence atau marketing tool. Namun, tentunya perlu mempertimbangkan beberapa hal, karena endorser ibarat traffic generator (sebagai penarik semut) bagi produk kita apapun itu. Sedang semut ada 2 jenis yaitu : (1) semut generasi viral / latah; (2) semut generasi loyal (loyal customer)

Lalu, bagaimana cara mengetahui jenis semut dari penarik semut (endorser) itu sendiri? Dengan yang pertama, stalking/pahami followersnya (reprofiling) dari seratusan atau lebih followersnya, dengan reprofiling kita akan tahu target market sesuai atau tidak dengan produk kita. Pantau/stalk usia followers, memperkirakan penghasilan dari followers dan interest produk yang dia gunakan/like (cara mengetahuinya dengan mem-follow akun followers tersebut untuk test the water kesesuaian endorser tersebut dengan produk kita). Juga kita tidak bisa sembarangan menggunakan endorser yang memiliki followers yang banyak dan yang lagi viral, karena bisa jadi followersnya tidak tepat dengan target pasar yang kita inginkan (waste of money kecuali produk kita punya motif pansos).

Selain itu juga tidak bisa dikesampingkan engagement rate atau keterlibatan followers dengan pemilik akun, apabila di akun sociabuzz kita langsung diberikan informasi berupa jumlah engagement rate endorser yang ingin kita gunakan, namun apabila tidak menggunakan fasilitas third-party tentu kita harus memantau secara mendetail mulai dari jumlah komentar, likes, apakah organik atau tidak (ditakutkan adanya followers fiktif).

Yang kedua, Endorser harus loyal/militan. Endorse yang kuat sesuai dengan tipikal personal brand mereka, juga bukan endorser yang asal ambil segala produk endorse-an, berarti selective endorser. Karena impact endorse yang kuat dihasilkan dari endorser yang selektif bahkan tidak terkesan sedang meng-endorse yang memberikan konten high quality dan konten tidak melulu tentang endorse.

Selamat mencoba mengendorse dan jangan lupa untuk meminta insight secara berkala dari hasil endorse. Salam sukses untuk kita semua.
Selengkapnya dapat ditonton untuk menambah ilmu di laman Youtube Mas Jaya Setiabudi

1 comment: