Saturday, July 27, 2019

Things I wish I Knew When I was 18 (Post-High School to / until Uni)

Hope
Saya kira, penyesalan itu ada pada setiap orang ya. Apalagi manusia memang fitrahnya tidak pernah merasa puas, dengan berpikir… harusnya saya begini, harusnya saya begitu, kenapa dulu tidak begini, kenapa dulu tidak begitu? Andai saya lebih bijak dalam menggunakan ini dan itu saat itu, maka sekarang saya akan begini. Namun, hal demikian itu sangatlah lumrah, karena berpikir kritis terhadap diri sendiri itu sifatnya evaluatif. Dengan menyesali yang dulu-dulu, dengan begitu kita belajar to be far better person

Hal-hal di masa lampau yang ingin saya koreksi itu ialah…

Read a lot and good books, siapa sangka ternyata buku "benar-benar" bisa merubah pola pikir? itulah dampak signifikan yang saya rasakan setelah membaca "sebuah seni untuk bersikap bodo amat"-nya Mark Manson. Bukan berarti tidak memberikan suntikan mindset positif ketika membaca buku self-development yang lain, tetapi buku Mark Manson lah yang paling berasa signifikannya - ini membahas buku self-development lho ya, bukan Al-Quranul Karim yang sudah pasti paling merubah hidup saya. if you've read a lot of books and it has impact on your life, be grateful karena itu artinya kamu telah membaca dengan kualitas... Dan barulah terasa dengan membaca secara berkualitas dan memaknai kandungannya bisa menjadi jendela dunia dan menjadi open lock for the treasure (pembuka pola pikir). Andai kualitas dan kuantitats waktu dengan kepala yang lebih fresh saat itu saya manfaatkan sebaik mungkin dengan membaca banyak buku (utamanya self-development) maka pasti akan berdampak signifikan secara kepribadian, karena lot of perspective you get from reading books. Tapi yaaa... tak mengapa deh, toh saya jaman-jaman itu banyak membaca komik (pembiasaan untuk membaca pemula) 😋

Spend money wisely, saya dulu terbilang memiliki uang yang cukup di masa-masa sekolah sampai kuliah. Karena, dulu saya memiliki penghasilan sampingan dari membantu orang tua (di bidang pertanahan untuk mengukur di lapangan / ikut bapak) juga punya pemasukan menjadi seorang tester, bahkan dari game-pun saya juga menghasilkan uang dari jual beli barang meskipun kecil-kecilan, namun, terbilang punya uang lah untuk beli ini-itu sendiri, bahkan di masa-masanya baru tren sepatu saya bisa beli yang seharga ratusan ribu dengan uang saya sendiri. Tetapi, melakukan pengeluaran seperti membeli barang yang tidak memiliki nilai aset atau investasi saya kira cukup merugi kecuali sesekali saja (untuk entertainment). Hal demikianlah yang bisa saya bilang konsumtif rather than produktif (sehingga barang tersebut dapat meningkatkan skills/knowledge atau lebih menghasilkan lagi). 

Lebih menekuni bidang yang disukai, bidang yang disukai bisa memberikan dampak motivasi sehingga kita rela meluangkan waktu untuk mempelajari lebih bidang tersebut lebih total, karena kan memang setidaknya butuh satu alasan untuk menekuni suatu bidang. Kalau kita suka, endurance kita dalam mempelajari bidang tersebut lebih terlatih ketimbang bidang yang kita tidak terlalu suka. Bisa dengan cara kita mempelajari secara otodidak, dari source aslinya baik itu orang (ahli) maupun internet - Membandingkan jaman sekarang dengan jaman dulu bener-bener beda jauh… jaman saya belajar melalui internet di kisaran tahun 2010 kebawah belum seistimewa dan terlalu tren seperti sekarang, di masa itu saya hanya mampu mendapatkan source of information terbaik saya hanya dari Kaskus saja, nothing else.

Selain itu, juga bisa belajar melalui komunitas atau kelompok maupun organisasi yang bidangnya terdapat skills yang kita inginkan. Ah, masa itu yang saya lewatkan. Saya saat itu terlena dalam comfort zone sehingga merasa organisasi maupun community bukanlah hal yang penting, ternyata setelah saya sekolah, lalu kuliah dan lulus kuliah… barulah tahu bahwa organisasi begitu penting peranannya dalam peningkatan skill, apalagi kita tau what we love dan bidang organisasi itu match… saya pasif organisasi dan juga pernah mengurungkan niat saya pada menwa padahal sudah mendaftar saat itu (karena takut tidak bisa meluangkan waktu untuk fun dan entertainment) dan baru tahu pentingnya setelah lulus 😥  
Ilustrasi pola hidup saya dulu waktu bocil (foto saya ambil sendiri depan gym kampung)
Memperbaiki pola hidup, dulu di masa rentang umur masih 18an tahun, saya kira saya terlalu banyak menyia-nyiakan waktu dengan terlalu banyak fun and entertainment, berkumpul bercanda tawa bersama teman-teman ketimbang meluangkan waktu untuk fokus menggapai masa depan (sedang saat itu juga tidak punya gambaran tentang tujuan hidup pula). Terlalu banyak menongkrong, habit-habit yang buruk ikut pula menungganggi, padahal, andai kata saya lebih berani untuk mengambil keputusan untuk tidak ikut-ikutan dan fokus kepada yang ingin saya capai, tentu saya akan reap what I sow sekarang ini dan dapat sedikit berbangga dengan pencapaian yang saya lakukan dahulu. Tentunya dengan resikonya, siap-siap meluangkan sebagian besar waktu sendiri.

Pola hidup seolah tidak terlihat penting saat itu, namun kini gilaaaa… andai saya memperbaiki pola hidup dengan berolahraga, mengontrol apa yang saya consume saat itu apa yang saya tuai itu pasti efeknya gila banget. Bukan hanya dari segi penampilan saja karena fisik terlihat bagus atau apalah, tetapi juga clear mind karena stress surpressed, juga bisa berpengaruh kemana-mana… hormon yang seimbang lah, fisik dan otak yang saat itu sedang prima bisa digunakan untuk mengeruk knowledge dan memforsir fisik secara maksimal untuk potensi kedepannya lah, kepercayaan diri yang bertambah lah… sebenernya hanya butuh satu lompatan untuk membuka peluang di berbagai hal…

Saya memang tidak menjelaskan secara teknis yang detail apa yang harusnya saya lakukan ketika berusia sekian-sekian, namun tulisan ini toh ditujukan untuk saya sendiri yang menangkapnya kemudian hari. Andai anda membacanya, ya silahkan anda maknai sendiri bahasa yang sangat umum dan mengambang di permukaan yang saya tulis ini.

Juga, tulisan yang saya buat ini bukan ditujukan untuk menyesali berbagai perbuatan ataupun tingkah laku masa lampau, sehingga ngeblame diri kita yang lalu. Tetapi… untuk menunjukkan bahwa masa depan yang lebih cerah bisa dilakukan mulai dari sekarang dan akan berpengaruh kemudian hari. Tulisan ini berlaku as self-reminder, to inspire and change ourselves and others to be better rather than keeping us/them down... 

Ketimbang menjadikan hal-hal yang saya sesali atau andai saya ketahui dulu, alangkah baiknya kita rubah mindset kita menjadi hal-hal yang diri saya 5,10 tahun lagi akan berterima kasih pada diri saya sekarang 💪😀 god speed, sukses wahai diriku!

1 comment: