Saturday, July 20, 2019

Terlena Jebakan Cashflow Proyekan


Cash

Boleh dibilang duit hasil proyekan luar biasa “besar”nya, sekian hari mendapatkan segini, beberapa hari, bulanan dapat nominal bisa sampai 2-3 digit. Memang benar rasanya, pernah beberapa kali saya juga menjalankan proyek dokumentasi atau yang melibatkan produksi video dan ya luar biasa besar uang yang dilibatkan…

Untuk ukuran anak ingusan seperti saya yang early bird di bidang video saat itu, leading uang 7-8 juta (omset) was a big experience, lalu terlena...  Itu yang banyak terjadi di teman-teman saya, terlena dengan nikmatnya proyekan yang “pisan nompo roso dikaplok duik”, sekali menerima rasanya kayak ditampar duit…

Dari hasil belajar saya pada materi Strategi Keluar Dari Jebakan Cashflow ‘Proyekan’, saya menarik kesimpulan bahwa menyematkan kata “jebakan” tidak berlebihan rasanya diberikan pada proyekan atau freelance by order. Karena menerima uang besar dari proyekan sendiri memberi perasaan nyaman sehingga terlena, apalagi mengandalkan proyek dari pihak ketiga atau bisa dibilang “njagakno” alias menggantungkan pada orang lain. Soalnya kita tidak bisa terlibat dalam negosiasi dengan client langsung.

Lalu, bagaimana saran dari Mas J di video tersebut? Maka ia menjelaskan dengan contoh kita sebagai freelance solo karir jasa fotografi dan videografi sebagai berikut,

Pertama, kenali client kita. Apa problem yang hadir bagi mereka, solusi apa yang bisa kita tawarkan kepada mereka hal ini juga mempunya pengaruh terhadap diferensiasi jasa kita nantinya membedakan jasa kita dengan yang lain akan memberikan value dan brand differentiation tersendiri sehingga lebih mudah diingat, yang seharusnya juga diterapkan dalam bentuk konsistensi hasil/bentuk jasa tersebut sehingga muncul/tercipta ciri-khas yang mudah dikenali.

Rangkum produk kita dalam bentuk kata kunci, bukan tentang jasa secara umum tetapi tentang kita. Contoh : 7 Alasan Kenapa David Fotografi, lalu dijabarkan dalam bentuk : 

(a) Unik, kami mampu mengabadikan kenangan dalam kreasi yang belum pernah ada sebelumnya (sounds cliché memang, namun dapat dielaborasikan dalam bentuk hasil karya-karya atau foto yang mendukung sehingga meyakinkan) 
(b) Story-telling, meniupkan ruh yang membedakan dan berkesan, baik dari segi perusahaan atau manfaat bagi penerima jasa. Misalnya, kami sudah bergerak selama 20 tahun dan ahli dibidangnya dalam menekuni bidang sinematografi dan fotografi professional.

Kedua, Cashflow dari proyekan ibarat Rejeki Macan (ibarat macan sabar menunggu mangsa/menunggu orderan) namun disarankan untuk menjemput orderan/membuat orderan. Maka, membuat Indirect Monetization atau memonetisasi beraneka macam output (membuat konten) dengan memanfaatkan media lain secara tidak langsung, seperti menggunakan sosial media/memposting di sosial media untuk portfolio alias sebagai “kartu nama” (sehingga klien lebih mudah mengenali jasa kita) dan untuk meningkatkan traffic. Dengan data traffic yang kita miliki, maka kita mampu kita reprofile traffic untuk ditawari dengan jasa kita (karena traffic sudah melihat artinya ada ketertarikan).

Rejeki dari proyek merupakan rejeki yang bergantung, bisa mandek kapanpun. Tetapi uang besar yang kita terima sesekali, dua kali, beberapa kali membuat kita terlena dan berpikir sudah berkecukupan.  

"Feel like enough when it really wasn’t, routine is the key." 

Untuk jangka panjang tentunya tidak elok. Bisnis proyekan kita bergantung pada unsur kebaruan pula, bilamana umur bertambah sedang ilmu tidak update, jelas kita tertinggal dengan para pemain baru “yang bahkan baru belajar ilmu baru”, karena ilmu baru lebih berguna misalnya. Alangkah baiknya jika kita mampu mengukuhkan dengan cara pertama dan melebarkan bisnis ke samping dengan cara kedua.

Sekian semoga bermanfaat bagi diri saya di lain waktu… Salam.

No comments:

Post a Comment