![]() |
Buku dapat merubah hidup kita |
Pada
titik ini, saya kembali teringat sebuah kutipan dari seseorang, penulis memang,
yang pernah saya temui beberapa tahun lalu…
Doi
mengatakan kalau “Setiap penulis, pasti suka membaca buku, sedang setiap
pembaca buku belum tentu suka menulis”
“Dan wow that's hella correct man” itu yang saya pikirkan pada
waktu itu…
Lalu,
beberapa hari lalu saya secara tidak sengaja ketika sedang surfing di internet sampailah pada artikel tentang Tahanan di Brazil bisa mengurangi masa tahanannya dengan membaca buku juga tentang Program Membaca Tahanan Brazil… Mengutip artikel tersebut, tahanan di Brazil dapat mengurangi masa tahanannya selama 4 hari dengan memberikan laporan buku yang telah dibacanya, setidaknya sebanyak 92 buku dengan laporannya dapat mengurangi masa tahanan selama 1 tahun, dan dari sumber lain juga didapatkan rata-rata jumlah buku yang dibaca oleh tahanan berkisar antara 12 buku keatas pertahunnya ... Saya kira hal ini cukup mindblowing dan tak
pernah sama sekali terfikirkan di benak saya untuk memperbaiki sistem lapas
yang benar-benar cukup keren! Give them a
good book and they’ll show their quality with enlarged vision, tentu tidak heran apabila hal ini berhasil mengurangi
persentase residivis nantinya.
Gila! Betapa kerennya ternyata
buku, tidak heran kalau buku merupakan “jendela dunia” (meskipun sekarang buku bukan
berarti buku fisik namun saya berasumsi lebih kepada bacaan yang bermanfaat
yang bisa didapat melalui berbagai media).
![]() |
Sebuah seni untuk bersikap bodo amat karya Mark Manson |
Hal itu
yang juga saya rasakan sih, banyak buku (atau mungkin beberapa) yang seolah
menjadi kunci untuk membuka pikiran saya yang analoginya seperti pintu yang
sedang tertutup rapat… Atau mungkin seperti saluran air yang sedang tersumbat,
sedang di saluran air tersebut terdapat reservoir air yang melimpah yang dapat
mengairi sawah sehingga padi dapat tumbuh berisi… Ya… sejauh ini salah satu
buku tersebut ya mungkin The Subtle Art
Of Not Giving a F*ck-nya Mark Manson yang mengenalkan saya dengan Stoicism, La Tahzan-nya Dr.Aid Al Qarni untuk lebih bersyukur dan memandang
dari sudut pandang gratitude to God
dan the power of only depends to Allah , Pandangan Hidup-nya
Buya Hamka tentang nikmatnya iman, Kangen Indonesia-nya Hisanori Kato yang mengajarkan nation-gratitude dan alternative PoV (Buku self-development saya yang pertama
yang membuat saya tertarik membaca buku self-development),
Bicara Itu Ada Seninya karya Oh Su Hyang dan The Power of Habit-nya Charles Duhigg yang masih saya baca sebagian…
dan yaaa masih panjang dan masih banyak tanggungan buku yang WAJIB harus saya
baca, dan mungkin akan saya bedah secara mendetail di tulisan-tulisan saya
berikutnya…
****
Saya
jadi teringat sebuah kisah awal kiprah Developer Game Digital yang cukup terkenal di
Indonesia, Founder-nya berkisah
bagaimana mereka berkali-kali gagal move
karena belum memahami business process dan
perkara-perkara manajemen kalau tidak salah, saat itulah salah seorang Founder mencetuskan “misi membaca” untuk
setiap masing-masing individu di Agate
Studio tersebut dan berbagi peran membaca genre-genre bukunya… Lalu, setiap
minggunya, mereka merapatkan/sharing hasil intisari buku-buku yang telah dibaca dan
berlaku denda jika tak menyelesaikan habis bukunya… dan see what happen in the next few years? Agate Studio kini menjadi salah satu developer game terbesar di
Indonesia yang dikenal dunia, yang murni milik orang Indonesia…
****
Sedikit
trivia dari hasil yang pernah saya tanyakan di situs Quora, menanyakan tentang berapa
rata-rata jumlah buku yang dibaca penulis profesional dalam sebulan… (masih dijawab oleh 1 orang meskipun sudah
mencapai 1000 tayangan).
Dijawab oleh Lui
Anbar Rhainata bahwa setidaknya memerlukan waktu kurang lebih 2 minggu
untuk membaca satu buku, namun dia menekankan jangan terlalu berfokus pada
jumlah buku tetapi pada kualitas membaca buku kita, berbagai hikayat yang kita
maknai dan kita beri value, sehingga
dapat kita jadikan hikmah dan praktis kedepan… keren.
Sebagai
penutup, tiada daya dan upaya dalam menuntut ilmu kecuali karena ridho-Nya, setinggi-tingginya ilmu datang dari-Nya melalui preposisi Nabi Muhammad SAW juga setinggi-tingginya ilmu adalah dari Firman-Nya (Al-Quran), ilmu yang bermanfaat
semata-mata datang dari pada Allah SWT yang Maha Segalanya as the Supreme Being The King
of All Knowing dan… Sehingga, sepatutnya sebagai koreksi diri, Saya dapat
menuntut ilmu sebagai bentuk ibadah sehingga tak terjebak dalam kebodohan yang
kekal, InsyaAllah dengan bimbingan-Nya Kita semua dapat keluar dari Minadzulati ilan Nur, dari Kegelapan menuju Terang. Rabbi zidni Ilma (Wahai Rabb-ku,
tambahkanlah aku ilmu).
suka banget baca buku mark manson
ReplyDeletekomatsu pc 200