Baru
saja, beberapa jam yang lalu saya sedang workout di gym, ya, gym dekat rumah.
Sepulangnyya dari gym terbesit di pikiran saya untuk ya jalan-jalan sebentar
keliling-keliling naik vespa excel 150 saya, yang saya beri nama si Axel.
Langsung teringat ketika saya sedang berkendara menaiki si Axel ini, untuk mampir ke salah satu toko buku Togamas yang baru-baru ini dbuka di kawasan Sukarno Hatta, Malang. Yaa paling tidak untuk merefresh pikiran lah sambil ngecek-ngecek buku barangkali ada yang saya tertarik, atau paling tidak ngecek-ngecek alat gambar atau kalo nemu update alat gambar supaya semangat ngegambar lagi, ya, menggambar adalah hobi saya, and I can say I have an outstanding skill in art and drawing.
Jarak
toko buku Togamas ini dari tempat gym latihan saya kurang lebih ya 15-20
menit an lah. Tidak terlalu jauh, meskipun biasanya saya membeli buku kalau
tidak di Gramedia, ya di Bayaqub yang berlokasi di dekat
Alun-alun kota, tetapi karena penasaran di Togamas
peralatan gambar dan buku-bukunya seperti apa ya langsung saja saya mampir
kesana.
Togamas ini kurang lebih
mirip dengan RoyalATK campur Gramedia, bisa dibilang versi kecilnya
lah, tentunya tidak lebih lengkap dari RoyalATK
dan Gramedia namun menjual buku-buku
berbagai genre dan versi yang cukup menarik beberapa minat saya ketika
berkunjung, buku yang menarik minat seperti peningkatan kualitas SDM tentunya, artinya
buku yang bisa merubah dan mengembangkan pola pikir saya lah.
Saya
bisa dibilang sering membeli buku, apalagi buku dengan genre islami yang selalu tertuju untuk
peningkatan kualitas ahlaq dan pengembangan pribadi. Ya, meskipun dewasa ini everything’s can be digitally learned and the
most important for free, tetapi tetap saja saya masih selalu membeli buku fisik
yang saya tertarik. Selain sensasi membacanya yang mudah dan tidak lebih merusak
mata dibanding membaca di smartphone atau
desktop/laptop, membaca buku fisik jujur saja membuat saya lebih meng calm the mind.
Saya
pernah dengar kutipan tentang membeli buku juga, yang katanya “Membuang uang untuk
ilmu tidak akan pernah merugi”. Ya… begitu juga menurut saya, saya tidak pernah
ragu untuk membuang uang saya untuk membeli buku yang genrenya non-entertainment, karena banyak dari
orang yang suka membaca buku bergenre fantasy,
fiction dsb.
Menurut
saya, kalau ingin menjadi penulis, penggunaan diksi, semantik dan teknik-teknik
menulis dari sebuah novel, fiksi dan fantasi tentunya perlu untuk dijadikan ‘bahan
bakar’ referensi dunia tulis menulis. Namun, kalau sekedar menjadi hiburan
semata, menurut saya rugi karena ilmu praktis dari buku fiksi tidak lebih
banyak ketimbang buku fakta (biografi, otobiografi, sejarah, motivasi,
psikologi dll).
Bukan
berarti benar-benar merugi, toh si pembeli buku tentunya punya motif masing-masing
ketika membeli buku. Bisa jadi dengan membaca buku fiksi tersebut, si pembaca
lebih termotivasi untuk melakukan sesuatu, menjadi ‘stimulus’ dari action positif yang dilakukan si pembaca.
Seperti
toh contohnya, orang hebat dari Indonesia yang saya kagumi, Irman Usman, co founder dari Ruang Guru – startup platform pendidikan digital yang terkenal.
Irman bisa mengimprove kemampuan bahasa inggrisnya dari menyukai dan membaca seri novel Harry Potter dengan versi bahasa inggris,
karena saking inginnya mencuri start, dibanding kawan-kawannya waktu itu, untuk
membaca versi yang lebih baru. Dan yes Irman bilang, dia
bukan orang yang punya kemampuan ekonomi yang tinggi. Bukankah ini makna
sebenarnya dari ‘jendela dunia’?
Yahhh,
opsi untuk belajar ya memang bisa dilakukan dari mana saja sih. Contoh lain
juga Rich Brian atau Rich Chigga yang bisa fluent sekali bercakap bahasa inggrisnya
hanya dengan mempelajarinya lewat Youtube,
dan terdengar seperti native malah.
Human really are amazing, and I want to be like that also even it’s not yet.
Mungkin
sampai sini saja deh diskusi dan sharing
nya ya? Saya dari awal juga tidak berniat untuk menjabarkan secara formal
alasan-alasan kenapa bisa dibilang masih layak membeli buku fisik atau opsi
lain membeli e-book versi Kindle yang bisa didapatkan dengan setengah harga buku fisiknya.
Tetapi paling tidak bisa memunculkan diskusi-diskusi baru tentang, kenapa masih
dibilang layak membeli buku fisik menurut masing-masing pengalaman individu.
Dan ini lah sebagian dari saya.
Meskipun
masih belum bisa menjadikan membaca buku fisik sebagai rutinitas, karena porsi
saya membaca di depan atau menonton Youtube untuk belajar didepan laptop lebih
banyak ketimbang membaca buku, tetapi saya masih ingin menjadikan membaca sebagai
program rutin one week one book saya.
Wish me luck! Also all haill my everyday writing days!
membeli buku memang sangat bermanfaat sekali
ReplyDeleteukuran bucket excavator pc200