![]() |
Education on Hobbies |
Bagi sebagian orang mungkin mendidik anak tidak dijadikan sebagai sebuah hal yang substansi didalam kehidupan berumah tangga, mungkin mereka berpandangan selama rukun-rukun saja, tentram-tentram saja tidak ada cekcok di rumah tangga, artinya rumah tangga aman-aman saja.
Padahal, kenyataannya? Tidak ada cekcok atau seteru ada beda paham di rumah tangga yang menimbulkan pertengkaran itu adalah sebuah keniscayaan. Tidak ada rumah tangga yang tidak bertengkar, tidak ada hubungan yang selalu akur, pasti ada naik turun, rekat renggang dalam berhubungan ke siapapun itu, baik orang tua, teman, saudara maupun sahabat. Terlalu terfokus kepada kerukunan rumah tangga, sedang mengesampingkan bagaimana pola asuh anak kelak.
Yang menjadi pokok bahasan Saya kali ini, adalah tentang anak. Saya pernah berfikir dan beberapa kali membandingkan pola didik anak yang bersumber dari berbagai media sosial dan cara didik orang tua dari teman-teman, mungkin bagi anak 90 an, hampir kurang lebih sama. Cara didik orang tua yang kaku, kedekatan antar hubungan orang-tua anak yang tidak rekat, sekalipun dekat hanyalah dengan ibu saja. Selalu mengedepankan kehendak orang tua, terkadang tanpa mempertimbangkan keinginan anak, memaksakan peraturan yang tidak sesuai dengan umur si anak seperti mengunci anak untuk pergi bermain padahal masa anak adalah masa-masa tumbuh kembang dan berinteraksi. Merasa tanggung jawab orang tua terhadap anak hanyalah sekedar menghidupi, namun tidak merasa berkewajiban dalam mendidik yang merupakan hak prioritas dari sang anak.
Kalau-kalau orang tua bisa berpikir lebih dalam dan open minded tentunya usaha mereka merawat anak tidak dengan cara mengekang dan kaku sekedar dalam memberi makan saja tetapi lebih kepada dukungan yang terkontrol. Orang tua saya salah satunya, merupakan pendidik dengan gaya mengekang, bukannya masa kecil kurang bahagia, tetapi masa kecil tanpa arahan dan dukungan minat dan bakat yang sesuai yang terjadi. Bahkan terkadang, untuk mengajarkan suatu ilmu atau apapun itu, waktu tidak diluangkan, malahan saya terfikir... Apakah ketika mereka membuat anak - Saya atau siapapun Anda - mereka tidak mempertimbangkan berbagai hal seperti waktu, minat bakat, masa depan, cara mengasuh, seolah anak adalah sekedar limbah dari nafsu birahi mereka saja?
Ya mungkin membandingkan dengan anak-anak zaman dengan dulu cukup berbeda jauh, terutama dengan keterbukaan informasinya ya. Namun keterbukaan pikiran harusnya tidaklah berbeda antara dulu dengan sekarang. Andaikata dulu ada kesempatan untuk belajar sedikit tentang cara mengasuh anak-pun, bisa didapatkan darimana saja referensinya... dengan berdiskusi antar rumah tangga keluarga lain, membaca buku, bener-bener menggali referensi dari orang tua dari pengasuh anak (Nenek).
Yah kasarnya, ketidakbecusan orang tua untuk mengasuh anak bisa Saya sebut juga sebagai kedurhakaan orang tua terhadap anak sih... Realitanya bahkan untuk mengajarkan mengaji saja tidak pernah... entah tidak sempat atau tidak paham, tetapi gaya asuh yang diterapkan kepada saya terlepas dari tolak ukur kasih sayang, cukup mengecewakan. Bukan dalam artian mengeluh, tetapi lebih dalam artian mengkritisi. Padahal, andaikata sebenernya semua hal yang disukai atau paling tidak hal yang diinginkan orang tua didukung benar-benar, Saya yakin setiap anak pasti mempunyai prestasinya masing-masing, yang tanpa adanya kekangan, selalu mendukung keinginan anak dalam batas wajar apalagi berkaitan dengan prestasi... Karena mendidik anak bukan tentang ego, tetapi memberikan fasilitas terbaik bagi anak untuk mencapai keinginannya, bila Ia suka menggambar, maka berikanlah fasilitas menggambar yang terbaik... Bila Ia suka musik, maka luangkanlah waktu untuk mendengarkan musik dan mengajarinya bermusik... Bila ia suka olahraga, maka berikanlah kesempatan baginya untuk berolahraga dan menemukan olahraga yang Ia sukai...
Yang mana yang demikian tentu baik untuk mentalnya, bukannya memaksa menekan ego seperti orang tua bodoh kebanyakan...bahkan terkadang, sampai tuapun masih kesulitan menekan ego, itu orang tua apa bocah?
Kelak seriuslah dalam mendidik anak wahai Pembaca yang budiman, karena mendidik anak bukanlah menjadikannya limbah hasrat seksual yang nol prestasi.
No comments:
Post a Comment