![]() |
Angry Client |
Pernah
berjualan atau berdagang? Bila dihadapkan dari beberapa pilihan diatas, mana
yang kamu pilih? Well, saya pernah “dituturi” ilmu ini ketika saya belajar
berbisnis di perusahaan saya sebelumnya di bidang teknologi. Dan bahkan, yang
memberikan "ilmu klien" ini merupakan seseorang pemilik usaha yang mana
adalah klien saya pada waktu itu.
Sebagai
pedagang, khususnya dibidang jasa (karena punya pengalaman di bidang
tsb), bisa dibilang pedagang jasa lah, ketika usaha masih dalam tahap membangun
pondasi dengan mencari closingan (penjualan) sebanyak-banyaknya, perlu juga
pertimbangan dalam memilih klien yang akan kita kerjakan.
Sebenernya kalau kita mau peka, bisa terlihat waktu kita pitching ke klien yang mau kita sasar atau klien yang berdiskusi dengan kita. Selain kita perlu berhati-hati karena bisa jadi “it’s a trap” yang jadi bumerang untuk usaha kita (karena notabene, jika klien tidak puas tentunya akan memberikan negative word of mouth tentang kita, di circle mereka atau komunitas mereka), kita juga perlu peka dengan gerak-gerik mereka saat berdiskusi atau berkonsultasi dengan kita.
Sebenernya kalau kita mau peka, bisa terlihat waktu kita pitching ke klien yang mau kita sasar atau klien yang berdiskusi dengan kita. Selain kita perlu berhati-hati karena bisa jadi “it’s a trap” yang jadi bumerang untuk usaha kita (karena notabene, jika klien tidak puas tentunya akan memberikan negative word of mouth tentang kita, di circle mereka atau komunitas mereka), kita juga perlu peka dengan gerak-gerik mereka saat berdiskusi atau berkonsultasi dengan kita.
Apabila
klien berkomunikasi melalui chat atau jarak jauh, kita juga harus berani bilang
tidak jika kita "mencurigai proses" tawar-menawar tidak berjalan lancar.
Mengambil resiko yang terlalu “beyond expectation” rasanya akan menyulitkan dan
akan memangsa bisnis kecil yang secara skala kemampuan masih minimal.
Ber-angan-angan itu perlu namun harus realistis dengan kondisi sekarang, atau
attainable.
In this case, saya sedikit memiliki bad experience sih dengan leader, karena leader yang saya miliki di bisnis sebelumnya terlampau optimistis unrealistis, yang benar memang meningkatkan morale boosts, namun jika failed to achieve, gonjang-ganjing sudah.
In this case, saya sedikit memiliki bad experience sih dengan leader, karena leader yang saya miliki di bisnis sebelumnya terlampau optimistis unrealistis, yang benar memang meningkatkan morale boosts, namun jika failed to achieve, gonjang-ganjing sudah.
Back
to topic, dari sekian customer / client, ilmu yang saya dapatkan adalah kita harus
benar-benar nail that one dalam usaha di bidang jasa. WE need to choose YES
CLIENT atau NO CLIENT, jangan sampai kita memilih BAD CLIENT. Lalu bagaimana
penjelasan Yes, No, Bad Client / Customer itu sendiri?
Yes Client yang pertama, merupakan klien yang berkata iya tanpa embel-embel macam-macam menuntut selain di luar terms of agreement kedua belah pihak. Disini jelas, jika mereka puas, mereka akan memberikan positive word of mouth / rekomendasi ke calon klien di circle mereka yang lain atau testimoni yang bisa dijadikan referensi produk kita kedepannya. Juga sebaliknya, andai kita kurang memuaskan dalam memberikan jasa atau pelayanan kita, tentunya negative word of mouth umum terjadi, atau bisa jadi mereka tidak menyebar berita negatif usaha kita namun malah mengkritisi dan tidak melakukan repurchase terhadap produk / jasa kita.
Yes Client yang pertama, merupakan klien yang berkata iya tanpa embel-embel macam-macam menuntut selain di luar terms of agreement kedua belah pihak. Disini jelas, jika mereka puas, mereka akan memberikan positive word of mouth / rekomendasi ke calon klien di circle mereka yang lain atau testimoni yang bisa dijadikan referensi produk kita kedepannya. Juga sebaliknya, andai kita kurang memuaskan dalam memberikan jasa atau pelayanan kita, tentunya negative word of mouth umum terjadi, atau bisa jadi mereka tidak menyebar berita negatif usaha kita namun malah mengkritisi dan tidak melakukan repurchase terhadap produk / jasa kita.
No
client, adalah klien yang benar-benar menolak penawaran kita atau bahkan tidak
tertarik, yang benar-benar yakin mereka tidak membutuhkan atau belum
membutuhkan jasa kita pada saat itu.
Bad
Client, yaitu klien yang mengatakan iya, tapi mereka punya permintaan
macam-macam terhadap produk atau jasa yang kita tawarkan JUGA
membanding-bandingkan dengan produk / jasa yang lainnya sehingga menguntungkan
diri mereka sendiri tanpa ada keuntungan dua belah pihak. Wah, siap-siap revisi
berkali-kali dengan klien yang seperti ini.
![]() |
Pusing tujuh keliling sendiri |
Jujur,
setelah mendapatkan pengalaman berharga ini sebelumnya, saya benar-benar
selektif dalam memilih customer di bidang apapun kedepannya setelah itu. Lebih
baik mendapatkan No Client daripada Bad Client, karena disamping kita pusing
sendiri mencari solusi yang tak kunjung ketemu, siap-siap menerima komentar
negatif yang bikin jelek image brand kita nanti. Mendingan gak laku deh
daripada dijelek-jelekin. Karena dalam membangung pondasi yang kuat, kita butuh
kepercayaan diri yang perlahan perlu kita bangun dengan positive vibes, itupun
juga bisa didapat dengan kita mendapatkan klien yang supportif. Sekian, semoga
ada kritik dan saran serta komenan terhadap artikel ini! See ya!
No comments:
Post a Comment